Seorang
bayi sampai dengan usia balita rentan terhadap diare. Di Indonesia
kasus kematian pada anak dikarenakan diare masih terbilang cukup tinggi,
sehingga ada baiknya bila para ibu lebih berhati-hati dalam menjaga
anaknya agar bisa terhindar dari diare.
Diare menurut Badan Kesehatan Dunia (World Health Organization),
adalah buang air besar dengan frekuensi lebih sering (lebih dari tiga
kali sehari) dan bentuk tinja lebih cair dari biasanya.
Penyebab
diare pada bayi dan balita bisa bermacam-macam tapi umumnya
dikarenakan infeksi virus (rotavirus), bakteri yang masuk kedalam mulut
melalui 4F (food, finger, feces, fly (lalat)), faktor lingkungan yang
kurang bersih, alergi makanan tertentu.
Pencegahan diare pada bayi dapat dilakukan dari awal salah satunya
adalah dengan memberikan ASI eksklusif pada bayi sampai dengan minimal
usia bayi 6 bulan dan dilanjutkan dengan pemberian MPASI (makanan
pendamping ASI) setelahnya. Tetapi pemberian ASI dan MPASi sendiri juga
harus dipastikan bersih, yaitu dengan membersihkan payudara sebelum
memberikan ASI kepada bayi untuk menghindari bayi terinfeksi bakteri.
Pengobatan
diare pada bayi dapat dilakukan dengan memastikan bayi tidak mengalami
dehidrasi yaitu dengan memberikan asupan cairan yang cukup. Berikan ASI
sesering mungkin, buatkan cairan oralit dengan melarutkan 1 sdt garam
dan 8 sdt gula ke dalam 5 gelas air matang. Kemudian, buatkan makanan
yang banyak mengandung air seperti bubur sehingga tak hanya menggantikan
cairan, tapi juga lebih mudah dicerna. Jika sekiranya langkah-langkah
tersebut belum cukup untuk mengatasi diare pada bayi, mungkin perlu
dibawa ke dokter. Biasanya, dokter akan melakukan pemeriksaan kadar
elektrolit dan sel darah putih untuk memastikan bahwa penyakitnya tidak
serius.