Kekhawatiran ASI kurang atau fobia ASI kurang adalah perasaan yang
tidak benar pada ibu yang menganggap bahwa produksi ASI tidak mencukupi
kebutuhan bayi. Keadaan ini terjadi karena adanya gejala-gejala tertentu
pada bayi yang masih dianggap haus padahal bayi sudah minum banyak.
Gejala ini cukup menyesatkan dan dianggap bahwa bayi masih kurang minum
sehingga pemberian susu formula ditambahkan. Pada akhirnya hal inilah
yang seringkali menggagalkan program ASI eksklusif.
Gejala ”Haus Palsu”
Beberapa gejala pada bayi yang timbul bukan karena rasa haus dan
lapar dapat disebut gejala palsu. Gejala ini seringkali timbul karena
ada yang dirasakan tidak nyaman pada tubuh bayi. Gejala yang timbul
biasanya tampak bayi bila minum susu terburu-buru, tidak sabar,
seringkali minta minum (kurang dari 11/2 jam) atau sering ngempeng.
Keadaan ini sering terjadi karena imaturitas saluran cerna pada bayi
masih belum sempurna. Biasanya dengan pertambahan usia terutama di atas
usia 3 bulan gangguan ini akan membaik. Gangguan tersebut sering terjadi
pada penderita dengan bakat alergi. Gangguan pada saluran cerna dapat
dianggap sebagai penyebab bila terjadi gejala bayi sering muntah atau
gumoh, kembung, hiccup (“cegukan”), buang angin keras dan sering, sering
rewel gelisah (kolik) terutama malam hari, BAB > 4 kali perhari, BAB
tidak tiap hari. Sering “ngeden. Kadang disertai hernia Umbilikalis
(benjolan pada pusar/”bodong”) bahkan juga hernia scrotalis, inguinalis
karena sering ngeden.
Gangguan saluran cerna karena alergi ini biasanya semakin meningkat
saat malam hari. Pola diurnal malam hari ini juga terjadi pada gangguan
alergi lainnya seperti napas grok-grok, batuk, asma, hidung buntu dan
sebagainya. Pola ini juga berkaitan mengapa bayi sering rewel malam hari
dan mengapa bayi lebih sering minta minum malam hari.
Gangguan saluran cerna ini disertai lidah timbul putih seperti jamur
dan bibir kering. Gangguan saluran cerna tersebut seringkali disertai
gangguan hidung dan kulit. (lihat lampiran 1.Tampilan klinis yang sering
dikaitkan dengan alergi pada bayi). Meskipun sangat jarang sebagai
penyebab tetapi popok basah, kedinginan atau udara panas bisa
mengakibatkan ”gejala haus palsu” ini timbul.
Selain ”Gejala Haus Palsu” juga didapatkan ”Tanda Haus Palsu’. ”Tanda
Haus Palsu’, adalah gerakan dan tanda pada bayi yang sebenarnya tidak
berhubungan dengan rasa haus pada bayi tetapi dianggap bayi kurang
minum. Tanda tersebut diantaranya adalah ”Reflek sucking” (bila disentuh
pipi mulut mengikuti tangan seperti ingin dihisap) yang berlebihan,
lidah sering menjulur-julur, memasukkan tangan ke mulut, timbul gerakan
mengecap pada mulut bayi dan sebagainya. Tanda tersebut bukan merupakan
rasa haus, dapat dilihat setelah minum banyak tanda tersebut masih
sering dilakukan oleh bayi.
Pada keadaan ”Gejala Haus Palsu” dan ”Tanda Haus Palsu” biasanya bayi
mengalami ”overfeeding”. ”Overfeeding” adalah bayi mendapatkan jumlah
ASI melebihi kebutuhan normal nutrisi pada bayi, sehingga berat badan
bayi tampak meningkat pesat. Biasanya berat badan bayi bertambah
melebihi 750 gram dalam 2 minggu.
Penanganan “haus palsu”
Bila didapatkan tanda dan gejala haus palsu tersebut, maka harus
dipastikan bahwa keadaan itu bukan karena haus. Bila setelah minum
banyak kurang dari 11/2 jam kemudian bayi menangis coba gendong bayi dan
timang-timang dulu. Bila tangisan berkurang maka memang bayi memang
bukan hendak minum. Jika masih rewel maka harus dicermati apakah
produksi ASI memang kurang. Bila dianggap produksi ASI tidak memadai
perlu dilakukan pendekatan untuk mencari penyebabnya, kalau perlu
dikonsultasikan ke dokter.
Penyebab alergi makanan yang sering terjadi adalah pengaruh diet yang
dikonsumsi ibu. Beberapa jenis makanan yang dikonsumsi ibu dapat
mempengaruhi bayi, seperti kacang-kacangan, ikan laut dan buah-buahan
tertentu ternyata dapat meminimalkan keluhan. Penghindaran makanan yang
bergizi tersebut harus diganti makanan lainnya seperti kacang kedelai,
ikan air tawar, ikan salmon, apel, pepaya, wortel dan sebagainya
sehingga kualitas ASI tidak terganggu.
Pemantauan akan lebih baik kalau ibu juga mengalami gejala alergi
pada kulit dan saluran cerna. Bila ibu mengalami gangguan pada kulit
berupa jerawat, kulit timbul bintik atau gatal di tangan, kaki atau
sekitar mulut dan disertai gangguan saluran cerna seperti nyeri perut,
mual, kosntipasi atau diare maka bayi yang disusui juga akan mengalami
peningkatan gangguan.