Perilaku anak yang tak bisa lepas dari benda kesayangannya, misalnya
boneka, selimut bayi, bantal, dan sebagainya, disinyalir sebagai tanda
bahwa hubungan orangtua dan anak tidak terjalin dengan baik. Apa pasal?
Menurut
Janie Lacy, Mental Health Counselor, anak tak bisa lepas dari benda
kesayangannya disebabkan oleh karena merasa tidak dekat dengan orangtua.
Benda kesayangan itu menjadi alat bagi mereka untuk merasa nyaman, yang
mana hal ini sewajibnya didapatkan anak dari orangtua.
Alhasil,
benda kesayangan pun menjadi subtitusi “sosok” atau “alat” pelindung
mereka saat berada di lingkungan baru. Apabila benda tersebut tidak ada
atau jauh dari pandangannya, anak jadi gelisah, tidak bisa diam, dan tak
jarang menangis sembari menjerit-jerit.
Lacy mengatakan bahwa
membangun hubungan antara anak dan orangtua merupakan sebuah tantangan
tersendiri di era modern seperti sekarang. Pasalnya, sebagian besar
keluarga memiliki ayah dan ibu yang sama-sama bekerja dari pagi hingga
senja. Alhasil, komunikasi anak pada orangtua pun terasa kaku dan kurang
terbuka.
Untuk mengatasi situasi yang demikian, Lacey
menyarankan agar selain sering membuka percakapan, orangtua juga harus
menunjukkan kasih sayang lewat sentuhan. Ini bisa direfleksikan lewat
ritual tos (high five), pelukan di pagi hari, kecupan di malam hari saat
mereka sudah terlelap, atau usapan di kepala.
Sentuhan tulus dan
penuh kasih sayang dari orangtua pada anak, menciptakan perasaan nyaman
dan membuat anak merasa memiliki pelindung yang bisa diandalkan.
Alhasil, saat bersama orangtua, anak tak lagi memerlukan kehadiran benda
kesayangannya tersebut.
Selain menumbuhkan perlindungan,
sentuhan sarat kasih sayang juga membuat anak merasa mereka adalah
bagian terpenting dalam kehidupan Anda. Hal tersebut sangat bermanfaat
kelak anak beranjak remaja dan menghadapi masalah, nantinya mereka lebih
memilih membicarakannya pada Anda dibandingkan kepada orang lain.