4 Hal yang Tidak Boleh Anda Katakan Pada Anak
Anak Dan Balita
Jul 19, 2012
, oleh Maman
26.931
Maksud hati ingin mendidik anak supaya lebih disiplin, kuat
dan bersikap baik di muka umum akan tetapi kok hasilnya selalu gagal.
Sebenarnya kata-kata yang Anda pilih itu memengaruhi anak buat mematuhi
Anda atau justru mengacuhkan.
1. "Jangan nangis"
Variasi
kalimat yang lain: "Jangan sedih." "Jangan cengeng." "Jangan takut."
Tapi anak-anak balita saat marah, takut, kesal pun menangis. Mereka
tidak bisa selalu mengartikulasikan perasaan mereka dengan kata-kata.
"Hal yang sangat wajar bagi orang tua ingin melindungi anak dari
perasaan seperti itu," kata Debbie Glasser, Ph.D., direktur, Family
Support Services di Mailman Segal Institute for Early Childhood Studies,
Nova Southeastern University, Fort Lauderdale, AS. "Tapi mengatakan
jangan tidak membuat anak merasa lebih baik, dan dapat juga mengirim
pesan bahwa emosinya sesuatu yang terlarang."
Sebagai gantinya
Anda bisa mengatakan, "Kamu sedih tidak diajak bermain oleh Bayu?" atau
"Kamu marah mainanmu direbut?" Dengan menamai perasaan, anak Anda akan
belajar memberinya kata-kata untuk mengekspresikan dirinya. Sekaligus
tanpa sadar mengajarkannya buat berempati. Pada akhirnya, dia akan
menangis lebih sedikit dan menggambarkan emosinya sebagai gantinya.
2. "Coba contoh kakakmu/adikmu"
Mungkin
tampak membantu jika anak Anda dapat melihat contoh nyata dari saudara
kandungnya atau teman. "Rara pintar yah, bisa pake sepatu sendiri."
Anak-anak berkembang dengan fasenya sendiri. Membandingkan anak Anda
kepada orang lain menyiratkan bahwa Anda tak menginginkannya serta
merusak kepercayaan dirinya. Sebaliknya, dorong prestasi dia saat ini:
"Wow, kamu mencuci tangan sebelum makan tanpa mama minta, hebat!" Ingat
membandingkan dengan saudaranya hanya akan memicu kekesalan dan membakar
perasaan iri. Jangan heran kalau Anda justru dibuat pusing dengan
pertengkaran mereka tiap hari.
3. "Berhenti atau mama pukul!"
Dalam
mendisiplinkan anak, ancaman itu jarang efektif. Anda mengancam dengan
peringatan seperti "Ayo berani ulangi lagi, Mama pukul!" Cepat atau
lambat anak akan belajar bahwa ancaman itu tak pernah terjadi. Akhirnya
ancaman Anda kehilangan kekuatannya. Lebih buruk lagi justru membuat
Anda tambah frustasi, akhirnya malah memukul. Akan lebih efektif jika
melakukan pengalihan. Caranya dengan membawa anak pergi dari situasi
tersebut.
Misalnya, ia mengamuk di toko mainan karena tidak
diturutin kemauannya. Daripada Anda bereaksi dengan membentak,
mengancam, melotot, langsung saja ambil tindakan dengan menggendong anak
Anda keluar dari toko, bawa ke tempat lain, lakukan time out setelah
tenang beri pengertian. Cara ini terbukti lebih efektif.
4. "Tunggu sampai Ayah pulang!"
Pengasuhan
tipe ini adalah jenis lain dari tipe mengancam. Seperti halnya
mengancam, cara ini tidak efektif. Bila Anda ingin pesan Anda sampai
pada anak, disiplin harus dilakukan saat itu juga, bukan nanti. Saat
anak Anda berulah, bersikap tidak baik, langsung beri konsekunsinya.
Disiplin yang ditunda tidak mengajarkan konsekuensi tindakan salah pada
anak. Kemungkinan besar yang terjadi saat si ayah pulang, anak Anda
sudah lupa kejadian yang tadi. Akibat buruk lainnya, bila ini sering
Anda lakukan, Anda akan kehilangan otoritas di mata anak Anda.