SALAH satu penyakit yang cukup sering dikeluhkan para ibu
ketika membawa anaknya ke dokter atau ke poliklinik adalah batuk.
Sebetulnya, batuk merupakan salah satu mekanisme pertahanan tubuh yang
penting, utamanya pada saluran napas. Timbulnya batuk adalah gerak
refleks alami untuk melindungi tubuh sebagai usaha untuk membersihkan
saluran napas dari material yang tidak diinginkan, baik bahan-bahan
asing maupun hasil sekresi alami yang berlebihan pada saluran napas.
Saluran napas dilapisi sel-sel berbulu (silia) cukup
efektif untuk mempertahankan agar saluran napas tetap bersih dengan
menyapu lendir/dahak ke arah tenggorokan. Tetapi pada infeksi saluran
napas , silia ini dapat rusak sehingga batuk yang efektif sangat
penting. Walaupun merupakan refleks, batuk dapat juga disengaja atau
ditahan. Pusat pengontrol batuk terletak pada sumsum tulang belakang
yang berdekatan dengan pusat pernapasan.
Ada beberapa macam batuk, antara lain batuk akut
(kurang dari 14 hari) dan batuk kronis (lebih dari 14 hari) yang
cenderung berulang.
Penyebab:
a) Pencetus batuk bersifat mekanik (disebabkan asap, debu, partikel makanan, benda asing)
b) Kimia (terhirup gas, klorin)
c) Termal (suhu yang dingin atau panas)
d) Infeksi saluran napas (flu, radang tenggorokan, bronkitis, pneumonia, tuberkulosis/Tb),
e) Pertusis (batuk rejan), asma, alergi, adanya benda asing, tumor di saluran napas, gagal jantung.
f) Faktor psikis.
Kawan atau lawan?
Batuk bisa dikatakan kawan karena manfaatnya dalam
mekanisme pertahanan tubuh. Batuk memberikan manfaat karena membersihkan
saluran napas dan mengeluarkan benda asing yang tidak berguna di
saluran napas. Pada anak dengan asma, alergi, di mana sering terdapat
dahak yang kental, dapat menyumbat saluran napas, dengan adanya batuk,
dahak tersebut dapat dikeluarkan dan melegakan napas.
Sebagai lawan, batuk dapat mengakibatkan penyakit
bertambah parah, menimbulkan penyakit lain (komplikasi), dan batuk tidak
kunjung sembuh-sembuh. Batuk yang tidak terkontrol juga dapat
meyebabkan penyembuhan suatu penyakit terhambat. Bila sudah menjadi
lawan, batuk harus dilawan. Obat-obat untuk melawan/menekan batuk
(antitusif) dapat dipertimbangkan untuk digunakan. Walaupun obat
antitusif dapat digunakan, tetapi belum ada kesepakatan bulat dari para
ahli. Hal ini disebabkan juga karena belum cukup bukti kuat tentang
manfaat dan keamanannya pada anak. Antibiotik hanya diberikan bila
penyebab batuknya infeksi bakteri. Dua hal yang harus dipantau pada
setiap anak dengan batuk adalah frekuensi napas dan lihat ada tidaknya
tarikan dinding dada sebelah bawah. Bila ada frekuensi napas yang cepat
atau adanya tarikan dinding dada, anak segera dibawa ke dokter/fasilitas
kesehatan untuk pemeriksaan lebih lanjut. Walaupun batuk merupakan
anugerah, tidak bijaksana bila kita menyepelehkan batuk pada anak,
karena batuk juga sinyal yang menandakan ada sesuatu yang salah dalam
tubuh anak. Akan tetapi, karena banyak sekali penyebab batuk pada anak,
harus diusahakan untuk mengetahui jenis dan penyebabnya. Kemudian
memberikan tindakan paling tepat dalam mengatasi penyebabnya, karena
jenis dan penyebab batuk berbeda, sehingga penanganannya pun berbeda
pula pada masing-masing anak.
Untuk batuk sebagai kawan, tentunya tidak perlu
ditekan. Tidak perlu diserang/dimusuhi, melainkan harus dipelihara
sehingga dapat membantu mengatasi masalah atau penyakit pada individu
tersebut. Pada batuk yang berdahak, utamanya bila dahak bersifat kental,
untuk dapat lebih mudah dikeluarkan melalui batuk, mungkin perlu
dicairkan. Tindakan yang aman dan murah dengan banyak minum. Obat
pengencer dahak dan ekspektorans bisa digunakan walaupun belum ada
kesepakatan bulat para ahli, karena belum cukup bukti. Namun hindari
penggunaannya pada anak usia di bawah 2 tahun. Kesalahan dalam memilih
obat akan membuat batuk semakin parah atau bahkan memicu timbulnya
penyakit lain.