Kekurangan zat besi dapat memengaruhi perilaku, kecerdasan, dan kemampuan motor anak. Pada anak di bawah usia dua tahun, anemia defisiensi besi menyebabkan respons yang lebih "lemot", sensitivitas yang meningkat, dan kesulitan untuk mengendalikan diri sendiri. Beberapa penelitian bahkan menunjukkan efek negatif ini bertahan hingga orang dewasa. Menurut penelitian 2014, suplemen zat besi harus diberikan dengan hati-hati. Apa cara terbaik untuk memenuhi kebutuhan zat besi bayi dan anak Anda?
Untuk memulai, ayah dan bunda harus mengetahui apakah bayi mereka berisiko mengalami kekurangan zat besi. Transfer zat besi pada trimester terakhir kehamilan memberi bayi cadangan zat besi yang cukup. Bayi mudah menyerap zat besi dari ASI, yang hanya mengandung sedikit. Kedua hal tersebut memastikan kecukupan zat besi untuk anak-anak berusia empat hingga enam bulan. Bayi yang mengalami kekurangan zat besi dapat mengalami kondisi seperti bayi yang lahir prematur, berat lahir rendah, atau kembar. Bayi berusia enam hingga dua belas bulan tumbuh dengan cepat, sehingga mereka berisiko kekurangan zat besi. Ini terutama benar bagi bayi yang hanya makan MPASI fortifikasi atau makanan yang mengandung zat besi (seperti hati ayam atau daging merah) kurang dari dua kali setiap hari. Kekurangan zat besi juga mungkin terjadi pada anak batita yang mengonsumsi susu sapi segar dan kurang mengonsumsi makanan tinggi zat besi.
Bayi yang berusia enam bulan membutuhkan makanan pendamping ASI (MPASI) untuk mendapatkan lebih banyak zat besi karena cadangan zat besi bayi sudah berkurang dan ASI saja tidak dapat memenuhi kebutuhan zat besi bayi. Selanjutnya, ayah dan bunda harus memahami kebutuhan zat besi bayi dan batita mereka. Bayi berusia 6-12 bulan membutuhkan 11 mg zat besi setiap hari, sementara anak berusia 1- 3 tahun (batita) membutuhkan lebih sedikit, yaitu 7 mg setiap hari. ASI hanya menyediakan 0,3 mg zat besi setiap hari. Untuk memenuhi kebutuhan zat besi bayi dan batita Anda, berikut adalah beberapa saran:
1. Konsumsi makanan yang mengandung zat besi setidaknya dua kali setiap hari
Makanan yang mengandung zat besi adalah cara terbaik untuk memenuhi kebutuhan zat besi Anda. Daging merah adalah makanan dengan sumber zat besi paling tinggi (tabel 1). Meskipun sayuran hijau mengandung zat besi yang tinggi, penyerapannya hanya sekitar 3-8% dibandingkan dengan 23% dari sumber hewani.
Tabel 1. Perbandingan kandungan zat besi pada berbagai sumber makananSumber makanan | Takaran saji | Satuan Penukar Rumah Tangga | Kandungan zat besi |
Daging sapi cincang | 28 g | ¼ ons daging sapi cincang ½ potong sosis ½ potong daging asap | 0,8 mg |
Daging kambing | 28 g | ¼ ons | 1 mg |
Hati ayam | 28 g | ½ potong | 3,6 mg |
Hati sapi | 28 g | ½ potong | 1,7 mg |
Bayam | 28 g | 3 ikat | 1 mg |
Brokoli | 28 g | 9 kuntum | 0,2 mg |
Sumber : USDA National Nutrient Database
2. Konsumsi makanan yang banyak mengandung vitamin C
Dengan bantuan vitamin C, saluran cerna dapat menyerap lebih banyak zat besi dari serealia dan sayuran. Dengan menggunakan sumber vitamin C seperti jeruk, jeruk limau, stroberi, brokoli, dan paprika, masaklah makanan yang mengandung banyak zat besi.
3. Jangan minum susu atau teh saat makan utama.
Kandungan kalsium tinggi dalam susu dapat menghambat penyerapan zat besi karena penyerapan kalsium berkompetisi dengan penyerapan zat besi. Namun, teh juga mengandung zat yang membantu menghambat absorpsi zat besi. Disarankan untuk minum susu dan teh sebelum makan utama.
4. Fortifikasi MP-ASI dapat menjadi opsi alternatif.
Mengonsumsi makanan yang telah difortifikasi adalah langkah berikutnya untuk memastikan kecukupan zat besi. Untuk memenuhi kebutuhan zat besi bayi sebesar 11 mg setiap hari, mereka harus makan daging sapi sebanyak 385 gram (hampir 1,5 kali porsi steak orang dewasa) atau hati ayam sebanyak 85 gram (setara 3 potong sedang). Ini adalah jumlah yang sangat besar untuk bayi berusia enam hingga dua belas bulan. Oleh karena itu, MPASI yang telah diperkaya zat besi dapat digunakan sebagai pengganti asupan yang mengandung zat besi tinggi.